Buku The Body Keeps the Score adalah karya monumental dari Dr. Bessel van der Kolk, seorang psikiater yang telah mengabdikan hidupnya untuk memahami trauma dan efek jangka panjangnya terhadap pikiran, tubuh, dan hubungan sosial. Buku ini dianggap sebagai panduan modern untuk memahami trauma, dan telah lama menjadi bestseller karena pendekatannya yang komprehensif dan penuh empati terhadap mereka yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan trauma lainnya.
Meskipun buku ini cukup panjang dan bisa terasa menantang karena memuat contoh-contoh nyata yang mengganggu, namun isinya sangat berguna untuk siapa pun yang ingin memahami dampak trauma dan metode penyembuhannya.
Apa Itu Trauma?
Trauma bukan hanya peristiwa buruk itu sendiri, tetapi tentang bagaimana seseorang merespons peristiwa tersebut. Dua orang bisa mengalami kejadian yang sama, namun hanya satu dari mereka yang mengalami trauma. Hal ini karena trauma adalah kondisi di mana otak dan tubuh seseorang “terjebak” dalam pengalaman tersebut, tidak mampu memprosesnya dengan cara yang sehat.
Menurut van der Kolk, trauma adalah pengalaman yang terlalu cepat, terlalu mendadak, atau terlalu menyakitkan untuk diproses oleh sistem saraf secara normal. Ini menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan tubuh. Trauma mengubah persepsi seseorang terhadap dunia dan diri sendiri, serta menciptakan rasa takut, tak berdaya, dan putus asa yang berkepanjangan.
Dampak Trauma pada Otak
Trauma memengaruhi berbagai bagian otak:
- Amigdala (pusat alarm otak): menjadi terlalu aktif, menyebabkan seseorang mudah merasa terancam atau takut meskipun tidak ada bahaya nyata.
- Korteks prefrontal (pusat logika dan pengambilan keputusan): kemampuannya terganggu, sehingga sulit untuk berpikir jernih saat merasa terpicu.
- Hippocampus (penyimpanan memori): rusak atau terganggu sehingga menyebabkan kenangan traumatis terasa seperti sedang terjadi saat ini, bukan masa lalu.
Ini menjelaskan mengapa banyak orang dengan trauma merasa seperti “hidup di masa lalu” dan sulit mengendalikan reaksi emosional mereka.
Dampak Trauma pada Tubuh
Tubuh menyimpan trauma. Banyak gejala fisik yang dialami oleh penyintas trauma: ketegangan otot kronis, gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan penyakit autoimun. Bahkan, sistem saraf parasimpatik dan simpatis bisa terganggu secara permanen, membuat tubuh dalam kondisi “siap lari atau bertarung” terus-menerus.
Dr. van der Kolk menjelaskan bahwa tubuh seseorang yang trauma bisa merasa tidak aman bahkan di lingkungan yang aman. Oleh karena itu, penyembuhan trauma harus mencakup tubuh dan bukan hanya pikiran.
Hubungan Sosial dan Trauma
Trauma juga menghancurkan hubungan. Orang yang trauma cenderung menarik diri, tidak mempercayai orang lain, merasa tidak pantas dicintai, atau selalu siaga terhadap penolakan. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam membentuk atau mempertahankan hubungan yang sehat karena tubuh dan otak mereka selalu dalam keadaan siaga atau mati rasa.
Pemulihan dari trauma sering kali membutuhkan kehadiran dan koneksi dengan orang lain yang bisa dipercaya—terapis, teman, pasangan, atau komunitas pendukung.
Perawatan dan Metode Penyembuhan
Dr. van der Kolk menyatakan bahwa hanya sedikit orang yang benar-benar sembuh dari trauma hanya dengan terapi bicara biasa. Trauma “tersimpan” di tubuh, sehingga pendekatan penyembuhan perlu melibatkan tubuh juga. Berikut ini adalah beberapa metode yang disarankan:
- Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
Terapi ini melibatkan gerakan mata yang diarahkan oleh terapis saat pasien mengingat trauma. Teknik ini terbukti efektif dalam mengolah memori traumatis tanpa harus menghidupkan kembali rasa sakitnya. - Yoga dan Kesadaran Tubuh
Yoga membantu menyatukan pikiran dan tubuh. Melalui pernapasan sadar, postur tubuh, dan meditasi, yoga dapat mengurangi respons stres tubuh dan membantu seseorang merasa aman di dalam tubuhnya sendiri. - Terapi Berbasis Kesadaran (Mindfulness)
Kesadaran penuh membantu seseorang memisahkan masa kini dari masa lalu. Dengan menyadari bahwa pikiran dan sensasi hanyalah pengalaman sesaat, seseorang dapat belajar untuk tidak bereaksi secara impulsif terhadap kenangan traumatis. - Neurofeedback
Metode ini menggunakan teknologi untuk melatih otak kembali ke keadaan yang lebih seimbang. Pasien bisa melihat aktivitas otaknya secara real-time dan belajar bagaimana mengatur emosi dan perhatian. - Drama dan Ekspresi Kreatif
Mengekspresikan trauma melalui seni, drama, atau gerakan membantu menyampaikan emosi yang sulit diucapkan. Ini memberi ruang untuk menyusun narasi baru tentang pengalaman hidup.
Anak-Anak dan Trauma
Buku ini juga menyoroti dampak trauma masa kecil (adverse childhood experiences/ACE). Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan, pengabaian, atau ketidakpastian, akan mengalami perubahan struktur otak, gangguan perkembangan, dan kesulitan belajar atau bersosialisasi.
Dr. van der Kolk menekankan pentingnya sistem pendidikan, layanan kesehatan mental, dan peran keluarga dalam mengenali dan menangani trauma masa kecil.
Mengapa Buku Ini Penting?
Buku ini penting karena mengajak pembaca untuk tidak lagi melihat trauma sebagai “masalah pribadi” atau kelemahan karakter, tetapi sebagai kondisi biologis yang dapat dipahami dan disembuhkan. Banyak orang hidup dengan trauma yang belum diproses, dan buku ini membuka pintu bagi harapan dan penyembuhan.
Buku ini juga membongkar mitos bahwa menyembuhkan trauma harus melalui cerita ulang yang menyakitkan. Sebaliknya, penyembuhan bisa melalui koneksi, gerakan, dan pengalaman positif baru yang menenangkan sistem saraf.
Untuk pembahasan lebih lanjut tentang buku-buku yang menginspirasi pemikiran dan perubahan, baca juga ringkasan buku Think Again oleh Adam Grant.

Kesimpulan
The Body Keeps the Score adalah bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami trauma dan bagaimana ia mengubah otak, tubuh, dan hubungan. Melalui pendekatan berbasis penelitian dan pengalaman klinis, Dr. van der Kolk memberikan peta jalan untuk pemulihan yang penuh harapan.
Poin-poin penting dari buku ini:
- Trauma adalah luka biologis dan emosional yang nyata.
- Trauma mengubah cara kerja otak dan tubuh.
- Penyembuhan trauma membutuhkan pendekatan menyeluruh—melibatkan pikiran, tubuh, dan hubungan sosial.
- Terapi bicara bukan satu-satunya jalan; yoga, mindfulness, dan neurofeedback juga sangat efektif.
- Anak-anak yang mengalami trauma membutuhkan lingkungan yang aman dan suportif untuk tumbuh dan pulih.